Mengenal Tradisi Nyepi di Bali

Sebentar lagi pada bulan maret, umat Hindu akan merayakan hari suci yang dijadikan hari libur Nasional yaitu hari raya Nyepi. Berbeda dari hari raya pada umumnya. Hari raya Nyepi semua umat Hindu tidak melakukan aktivitas dan melakukan tapa brata. Lalu apa itu Nyepi ?

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Suasana Nyepi di Bali. Sumber Gambar: tempodotco
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Dalam Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.

1. Melasti (3 atau 2 Hari Sebelum Nyepi)
Melasti (disebut juga melis atau mekiyis) merupakan tradisi serangkaian Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu tiga atau dua hari sebelum hari raya Nyepi. Melasti berasal dari kata mala dan asti, yang artinya menghilangkan segala macam hal buruk untuk kebaikan, keheningan dan keharmonisan alam semesta.
Upacara Melasti dalam rangkaian Hari Raya Nyepi. Sumber Gambar: indolahdotcom
Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam. Umumnya Melasti dilaksanakan pada pagi hari.

2. Tawur Kesanga dan Pengrupukan (Sehari sebelum Nyepi)
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Bhuta Yadnya Tawur Kesanga yang dilaksanakan pagi hari atau siang hari di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya. Dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Bhuta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar).
Upacara Tawur Kesanga dalam rangkaian Hari Raya Nyepi. Sumber Gambar: buletindewatadotcom
Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Bhuta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Bhuta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Bhuta Raja, Buta Kala dan Batara Kala dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat manusia. Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.

Setelah selesai melaksanakan Tawur Kesanga, ada tradisi unik (Pengrupukan) yang biasanya ditunggu tunggu baik oleh masyarakat setempat maupun wisatawan. Pada pengerupukan beberapa masyarakat terutama muda mudi membawa obor dan mengarak ogoh-ogoh keliling desa dan kota. Pengrupukan ini umumnya dilaksanakan pada sandikala (sore hari) sampai malam. 
Ogoh Ogoh sebagai simbolis Bhuta Kala dalam Tradisi Pengrupukan di Bali. Sumber Gambar: villabudhadotcom
Suara teriakan, bebunyian, dan gamelan memeriahkan malam Pengerupukan. Ogoh-ogoh ditarikan dan diputar serta digoyangkan membuat suasana menjadi meriah. Tujuan dari pengerupukan sama seperti tawur kesanga, di mana disimbolkan dengan ogoh-ogoh sebagai simbolis dari bhuta kala. Setelah itu ogoh-ogoh harus dihancurkan dan dibakar.

3. Nyepi (Puncak Acara)
Kondisi jalanan di Bali yang dijaga Pecalang (Satuan Keamanan di Bali) saat Nyepi. Sumber Gambar: detikdotnetdotid
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10 (dalam kalender hindu)), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Bandara Internasional Ngurah Rai yang terlihat seperti bangunan tak berpenghuni saat Nyepi di Bali. Sumber: tempodotco
Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada, suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan Paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin). Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
Jalanan didaerah pantai Kuta saat Nyepi. Sumber Gambar: bbcidotcodotuk
Salah satu jalanan di Bali saat Hari Raya Nyepi. Sumber Gambar: suarasurabayadotnet
Pecalang yang berjaga di salah satu jalanan di Bali saat Hari Raya Nyepi. Sumber tertera di gambar
4. Ngembak Geni (Sehari setelah Nyepi)
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X) dalam kalender Hindu. Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan (Dharma Shanti) bertemu dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (sesama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. 

Inti Dharma Shanti adalah filsafat Tat Twam Asi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa) hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.

Itulah seluruh tradisi dan rangkaian upacara dari Hari Raya Nyepi di Bali, Mana tradisi yang membuatmu terkesan ? Corat coret komentar dibawah yaa. Terimakasih

Sumber Artikel
Wikipedia
https://www.idntimes.com/science/discovery/i-putu-yoga-sadhu/tradisi-saat-nyepi-di-bali-c1c2/full
dan beberapa penambahan dari penulis
SHARE

About Bali Wirama

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner